Inthe era of XIV-XV massive change of life happens in Java island. It is influenced by Islamization process on big scale and the collapse of Majapahit Kingdom. One of the prominent figure of
- Sebelum pengaruh Islam masuk, di Indonesia banyak berdiri kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Pada perkembangannya, kerajaan-kerajaan Islam mulai tumbuh di Indonesia dan menggeser pamor kerajaan Hindu-Buddha. Mayoritas penduduk Indonesia yang awalnya beragama Hindu atau Buddha pun beralih memeluk bagaimana peranan kesultanan di Indonesia dalam proses Islamisasi? Baca juga Peranan Kerajaan Demak dalam Menyebarkan Islam di Pulau Jawa Peran kerajaan Islam dalam proses islamisasi Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu ratusan tahun. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh golongan pedagang, ulama, guru agama, dan ahli tasawuf. Daerah di Indonesia yang pertama kali dikunjungi oleh para golongan penyebar Islam tersebut adalah Pulau Sumatera. Sebagai buktinya, kerajaan-kerajaan Islam tertua di Indonesia berdiri di Pulau Sumatera, misalnya Kerajaan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai. Pada perkembangan selanjutnya, tumbuh kerajaan Islam di Jawa, yang tidak lepas dari peran besar Wali Songo. Kerajaan Demak, yang didirikan oleh murid Sunan Ampel, yakni Raden Patah, merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Setelah itu, kerajaan-kerajaan Islam semakin banyak ditemukan di Indonesia. Baca juga 4 Golongan Penyebar Agama Islam di Indonesia Pengaruh kerajaan Islam di Indonesia dalam proses pengislaman sangat satu peranan kerajaan Islam dalam proses islamisasi di Indonesia adalah mendorong konversi keagamaan secara massal. Melalui pengaruh politis otoritarian, sultan atau penguasa kerajaan Islam, membantu percepatan penyebaran ajaran Islam di wilayahnya. Islamnya seorang raja dan kebijakan kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman, menjadi daya tarik bagi rakyat untuk memeluk Islam pula. Dengan bantuan pemerintah kerajaan Islam, proses islamisasi di Nusantara semakin masif. Kerajaan-kerajaan Islam berhasil membangun peradaban dan menopang Islamisasi dengan cara memajukan lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, surau, atau langgar. Orang-orang yang ingin belajar agama Islam pun tidak perlu lagi pergi ke daerah yang jauh dari kampung halamannya, karena pesantren, surau, dan langgar telah tersebar dari kota hingga ke pelosok desa. Baca juga Proses Islamisasi di Kalimantan Salah satu contohnya dapat dilihat dari peranan kerajaan Islam Demak dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Islamisasi Jawa merupakan salah satu agenda utama Kesultanan Demak. Oleh karena itu, islamisasi Jawa bukan hanya berjalan secara kultural atau personal, tetapi juga secara struktural yang ditopang oleh kekuatan politik dan pemerintahan kerajaan. Upaya Kesultanan Demak dalam penyebaran agama Islam di Jawa tidak terlepas dari peranan yang dilakukan oleh Wali Songo. Penyebaran Islam di wilayah kekuasaan Demak oleh Wali Songo dilakukan dengan beragam cara, misalnya melalui kesenian dan kebudayaan. Cara itu terbukti menjadi strategi yang efektif menarik simpati masyarakat dan mengajak mereka masuk Islam tanpa melalui kekerasan. Di Jawa, tercatat bahwa proses islamisasi yang sangat intensif terjadi setelah Kerajaan Demak eksis. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Hubunganperdagangan dengan India membawa pengaruh masuknya budaya India ke Nusantara yang berpengaruh dalam bidang politik, yakni lahirnya . a. kerajaan. b. kesukuan. c. republik. Peran raja yang cukup besar dalam proses Islamisasi disebabkan . a. rakyat memiliki kepatuhan tinggi pada raja. b. rakyat mengikuti jejak raja yang memeluk SURABAYA - Batu-batu nisan di Jawa Timur yang ditemukan di wilayah nonpantai Majapahit meragukan pendapat yang telah lama diyakini bahwa Islam di Jawa berasal dari wilayah pantai dan mewakili oposisi politik dan agama untuk kerajaan. Hal itu dinyatakan Ricklefs 1991 dalam Sejarah Modern berpendapat, sebagai kerajaan dengan kontak politik dan perdagangan yang luas, Majapahit hampir pasti telah berhubungan dengan pedagang Muslim sehingga muncul dugaan akan kemungkinan ketertarikan pihak istana pada agama para pedagang Muslim. Sedangkan, guru-guru Sufi mengklaim bahwa kekuatan supranatural berperan lebih atas kemungkinan perpindahan agama para elite istana tersebut, mengingat mereka telah lama akrab dengan aspek mistisisme Hindu dan Buddha. Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo dalam Islam in the Netherlands East Indies1942 mengatakan, ketika orang-orang pantai yang meng adopsi Islam dianggap tidak jelas, seorang Muslim Cina bernama Ma Huan dan utusan Kerajaan Cina mengunjungi Jawa pada 1416. Mereka merekam perjalanan tersebut dalam sebuah buku berjudul Ying-yai Sheng-lan The Overall Survey of the Ocean’s Shores1433.Dalam buku tersebut diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John Vivian Gottlieb Mills, diterbitkan pada 1970, disebutkan bahwa pada masa itu hanya terdapat tiga tipe masyarakat di Jawa. Yakni, Muslim dari Barat, masyarakat dari etnis Cina sebagian beragama Islam, dan orang-orang kafir. Mills berpendapat, catatan perjalanan Ma Huan yang dibuat sekitar 50 tahun setelah keterangan tahun yang terdapat pada nisan-nisan di Jawa Timur itu menunjukkan Islam di Jawa memang tidak tersebar dari wilayah pantai. Ia telah diadopsi oleh pejabat istana sebelum orang-orang Jawa yang tinggal di satu bukti yang memperkuat pendapat tersebut adalah sebuah nisan dari masa 822 H 1419 M di Gresik, Jawa Timur, yang menandai makam tokoh Islam bernama Maulana Malik Ibrahim. Pendapat yang muncul menyebutkan bahwa ia bukan orang Jawa. Namun demikian, menurut tradisi Jawa, ia adalah salah seorang dari sembilan tokoh guru yang dikenal de ngan sebutan Wali itu, penjelasan historis sejumlah sumber menunjukkan bahwa proses Islamisasi di wilayah timur Jawa berkaitan erat dengan proses di wilayah tengah. Pada abad 15-an, Kerajaan Majapahit yang berkuasa di Jawa mengalami kemunduran. Setelah kalah dalam beberapa pertempuran, kerajaan Hindu terakhir di Jawa tersebut jatuh bersamaan dengan me ning katnya ke k u a s a a n negara yang d i i s l a m k a n , yakni Kesultanan De mak, pada di wilayah barat, penyebaran Islam terjadi lebih belakangan dibanding di wilayah timur. Naskah Suma Oriental-nya Tomé Pires ditulis pada 1512-1515 M yang dikutip Wikipedia melaporkan, pada masa itu masyarakat Jawa Barat yang berbahasa Sunda bukanlah Muslim. Sebuah penaklukan oleh Muslim di wilayah ini baru terjadi pada abad Oriental adalah naskah yang berisi informasi tentang kehi dup an di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara pada abad ke-16. Naskah ini sebenarnya merupakan laporan resmi yang ditulis Tomé Pires kepada Raja Emanuel tentang potensi peluang ekonomi di wilayah yang baru dikenal oleh Portugis saat itu. Karena itu, naskah ini tidak pernah tersebut baru diterbitkan pada 1944 dengan judul Hakluyat Societysetelah versi salinannya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh sejarawan Armando Z Cortesão 1891- 1977. Tentang Indonesia, Suma Orientalmemuat informasi terutama tentang Pulau Jawa dan Pulau dalam naskah tersebut, pada awal abad 16, wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah masih dikuasai oleh raja Hindu-Buddha yang tinggal di pedalaman Jawa Timur, yakni Daha Kediri. Sementara, di Pantai Utara, Muslim kerap berperang dengan m a s y a r a k a t antara pe m i m p i n Muslim pesisir tersebut adalah orang-orang Jawa yang telah memeluk Islam. Sebagian lainnya adalah para pedagang Muslim yang tinggal di se panjang rute perdagangan yang telah terbangun, termasuk pedagang Cina, India, Arab, dan Melayu. Menurut Pires, para pendatang tersebut dan keturunan mereka begitu mengagumi budaya Hindu-Buddha Jawa sehingga mereka meniru gaya masya rakat lokal dan dengan sen diri nya menjadi orang itu, dalam kajiannya mengenai Kesultanan Banten, Martin van Bruinessen antropolog dan penulis asal Belanda mendalami hubungan antara mistis dan kekuasaan raja. Hal itu melahirkan pandangan mengenai kondisi dan proses Islamisasi di wilayah tersebut yang kontras dengan yang terjadi di penjuru wilayah Jawa pribumi, seperti dikutip dalam kajian tersebut, mengasosiasikan tarekat tidak dengan perdagangan dan pedagang, tetapi dengan raja, kekuatan magis, dan legitimasi laporan yang berjudul Shari’a Court, Tarekat, and Pesantren Religious Institutions in the Sultanate of Banten, van Bruinessen 1995 menyajikan bukti bahwa Sunan Gunung Jati terinisiasi pada beberapa orde sufisme, yakni Kubra, Shattari, dan dari perbedaan versi pendapat yang ada, Pulau Jawa adalah wilayah yang menjadi ajang bagi penyebaran Islam, secara formal maupun informal, pada masa lampau. Sumber yang dikutip Wikipedia menyebutkan bahwa tidak ada bukti yang menjelaskan penerapan Islam oleh masyarakat Indonesia sebelum abad 16, selain di wilayah Jawa, Sumatra, kesultanan-kesultanan Ternate dan Tidore di Maluku. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini .
  • 6bwck65672.pages.dev/104
  • 6bwck65672.pages.dev/884
  • 6bwck65672.pages.dev/729
  • 6bwck65672.pages.dev/87
  • 6bwck65672.pages.dev/994
  • 6bwck65672.pages.dev/467
  • 6bwck65672.pages.dev/841
  • 6bwck65672.pages.dev/21
  • 6bwck65672.pages.dev/50
  • 6bwck65672.pages.dev/99
  • 6bwck65672.pages.dev/59
  • 6bwck65672.pages.dev/817
  • 6bwck65672.pages.dev/377
  • 6bwck65672.pages.dev/472
  • 6bwck65672.pages.dev/672
  • peran raja yang cukup besar dalam proses islamisasi disebabkan